Chelsie dan Luna.
Gue mo cerita.
Ada seorang anak, yang pengen punya seekor anjing. Dari dulu dia selalu mampir ke pet shop, liat2 kalo2 ada seekor anjing yang bisa dimilikinya. Dia juga jalan2 sama anjing orang, kenalan sama anjing2 jalanan, pokoknya apapun yang bisa bikin dia ketemu sama anjing yang sesuai sama kriterianya.
Suatu kali dia ketemu seekor anjing cantik di pet shop, namanya Chelsie. Dia jatuh hati sama tu anjing, dan pengen bgt dapetin anjing itu. Dia liat harganya, muahalnya bukan main. Agak sedih juga, namun dia gak putus asa sampe situ. Anak itu terus mengumpulkan uang, berharap saat tabungannya sudah cukup nanti, Chelsie masih ada di sana. Akhirnya, hasil jerih payah anak ini pun terbayar. Chelsie pun menjadi miliknya.
Anak ini gembira, begitu pula Chelsie. Mereka menjalani kehidupan bersama seakan-akan tak ada kesedihan yang berani menghampiri kedua makhluk hidup itu. Sang anak menjadi begitu dekat dengan anjing peliharaannya, demikian pula dengan Chelsie, yang makin lama makin manja dengan sang anak. Sang anak pun bersyukur telah mendapatkan Chelsie. Baginya, anjing cantik ini adalah anugerah yang tak tergantikan.
Tapi sayang, tiba-tiba Chelsie yang disayanginya ternyata berubah menjadi judes banget. Sejak itu, Chelsie gak pernah mau menerima cinta kasih dari si anak. Chelsie selalu membuat anak ini kecewa, Chelsie gak pernah mau diajak main, Chelsie gak mau dimiliki oleh anak ini. Seakan-akan memiliki dua kepribadian, Chelsie pun menjadi sosok anjing yang sangat berbeda dari yang dikenal sang anak beberapa bulan yang lalu. Sekarang, di mata Chelsie, anak ini memiliki banyak kekurangan, dan gak pantes buat memiliki seekor anjing seperti dirinya. Anak ini pun terus berusaha dan berusaha, namun hasilnya selalu gagal. Usaha pendekatan yang dilakukannya terhadap anjing cantik itu selalu gak membawa hasil. Chelsie menjadi seekor anjing yang sulit diajak berkompromi. Paling tidak, sulit diajak kompromi dengan anak itu.
Berbulan-bulan berlalu. Si anak terpaksa melepaskan Chelsie ke tempat di mana dia bisa lebih berbahagia. Si anak sedih banget begitu tau kalo Chelsie gak mau dia miliki. Demi kebaikan Chelsie, si anak rela melepaskan anjing itu ke habitat yang lebih pantas baginya.
Seperti dikirim oleh angin, beberapa hari kemudian, ada seekor anjing liar yang ditemuinya. Anjing ini biasa2 aja, gak terlalu cantik, gak terlalu indah, bulunya gak terlalu bagus, matanya gak terlalu mengkilat, pokoknya biasa-biasa aja deh. Kalah banget kalo dibandingin sama Chelsie. Si anak gak memperhatikan anjing ini pada awalnya, tapi karna anjing ini selalu ngikutin dia ke manapun dia berada, dibawa pulanglah anjing biasa2 ini, dan dinamainya Luna.
Luna sebenernya adalah anjing buangan. Dia dulu pernah dimiliki oleh seorang bapak yang ngakunya sayang ma dia, tapi justru membawa ketakutan luar biasa buat si Luna. Luna gak bisa main sama bapak ini, dan Luna ngerasa bapak ini cuman pengen mempergunakan Luna. Luna dijadikan ajang taruhan, dipermainkan, dicemooh, dihina, pokoknya sama sekali gak dihargain. Luna pun akhirnya kabur dari rumah si bapak begitu ada kesempatan, dia berlari dan berlari jauh meninggalkan kota tempat bapak itu tinggal, sampai akhirnya dia menemukan anak itu.
Meskipun Luna gak seindah Chelsie, namun Luna gak sejudes Chelsie. Dia senantiasa menemani anak itu kapanpun dan di manapun. Pokoknya, di manapun anak ini berada, Luna selalu ada di sampingnya. Kalo Luna takut, dia pasti selalu nyari tuannya, begitu pula kalo si anak lagi sedih, dia selalu cerita ke Luna. Terutama tentang Chelsie. Si anak selalu melampiaskan kesedihannya pada Luna, dan Luna selalu menghibur tuannya ini dengan mendengarkan dan mengajaknya bermain. Kehidupan ini berlangsung cukup lama, dan Luna ngerasa sangat nyaman berada di sisi sang anak. Belum pernah dalam hidupnya, dia diperhatikan secara luar biasa oleh manusia.
Tapi sayang, si anak cuman menjadikan Luna sebagai pelarian dari Chelsie. Dia sedih banget atas perlakuan anjing cantik itu atas dirinya, dan pas banget saat itu ada Luna, dia selalu menumpahkan kekesalannya pada Luna, meski pada akhirnya Luna juga dipelihara, dikasih makan, disayang2, tapi tetep aja, hatinya ada pada Chelsie dan bukan Luna.
Luna sebagai anjing tentu punya insting yang luar biasa. Dia tau banget tuannya itu masih menginginkan Chelsie dan bukan dia. Tapi sayang, dia gak bisa ngapa2in. Yang bisa dia lakukan cuma ngedengerin setiap kekecewaan tuannya atas perlakuan Chelsie terhadap dirinya, dan mendukung tuannya setiap kali tuannya pergi ke pet shop itu cuma buat ngeliat Chelsie dan ngobrol2 sama Chelsie. Di satu sisi Luna cemburu, tapi di sisi lain Luna tau kalo dirinya gak seindah Chelsie, gak selucu Chelsie, dan gak semenarik Chelsie. Luna pun jadi sedih. Tuannya selalu nyari2 cara buat dapetin Chelsie kembali, dan Luna jadi ngerasa gak aman. Gimana kalo tuannya berhasil ngedapetin Chelsie, Luna mau diapain? Apakah dia akan kembali jadi anjing jalanan?
Luna terus merenung dan merenung, hingga akhirnya dia sadar, kalau pada awalnya dia pun hanya menjadikan anak ini sebagai tempat perlindungan. Dia mempergunakan anak ini untuk melindunginya dari bahaya, kalau2 pemilik sebelumnya mau merampas dia dan membawanya kembali ke kehidupan asalnya yang pahit dan kelam. Mungkin Luna juga mempergunakan anak ini, mungkin Luna juga menjadikan anak ini sebagai tempat pelarian, tapi kenapa Luna cemburu tiap kali tuannya cerita tentang Chelsie? Kenapa Luna ngerasa sakit? Kenapa Luna ngerasa gak aman? Kalau dia bener2 sayang sama tuannya, bukankah lebih baik jika melihat tuannya bahagia bersama Chelsie? Sebegitu egoisnyakah Luna?
Luna pun memutuskan untuk terus menjalankan tugasnya dengan setia, menemani tuannya siang dan malam, menjadikan tempat curahan hati, mendukung, dan membantu tuannya. Namun dalam hatinya, ia mengiris sedikit demi sedikit luka dalam hatinya, dan tak hentinya ia selalu bertanya, "Mengapa engkau hanya melihat dari luarnya saja? Kenapa karna dia lebih lucu engkau lebih memilih dia? Sifatku jelas lebih baik dari dia, dan aku mengasihimu dengan tulus, setulus engkau mengasihi dia. Aku akan selalu menjagamu siang dan malam, sebagaimana sudah kubuktikan di masa-masa ini. Engkau selalu berusaha mendapatkannya, engkau berharap bisa memeluknya, namun engkau tidak menyadari bahwa apa yang kau butuhkan saat ini sudah tersedia di depan matamu. Aku tak bisa berbuat apa-apa, tuan. Jika engkau terus memilih dia, aku tetap akan mendukungmu."
0 comments:
Post a Comment